Pagi itu, matahari baru saja merangkak naik di horizon. Di sudut kota kecil di pinggiran Bandung, seorang mahasiswa bernama Arga memulai rutinitasnya. Ia baru duduk di semester dua jurusan Teknik Informatika. Setiap hari ia harus menempuh jarak hampir 14 kilometer dari rumahnya di pinggiran Cimahi menuju kampusnya di kota Bandung.
Seperti biasa, Arga berjalan kaki ke pangkalan angkot. Dari sana, ia naik dua kali angkot dan satu ojek daring untuk bisa sampai ke kampus. Waktu tempuhnya bisa mencapai 1,5 jam, belum termasuk waktu menunggu kendaraan. Ongkos harian? Hampir Rp35.000 sekali jalan.
Di dalam hati, Arga sering mengeluh, tapi ia bukan tipe yang banyak protes. Hingga suatu sore, saat ia pulang kuliah dan melewati dealer motor, matanya tertumbuk pada spanduk besar bertuliskan:
“Promo Kredit Honda BeAT 2025! Angsuran Mulai Rp600 Ribuan/Bulan!”
Spontan ia berhenti dan memandangi motor-motor yang dipajang. Salah satunya menarik hatinya — Honda BeAT Street warna hitam doff dengan stiker bergaya grafiti. Garis desainnya tajam dan sporty, sangat cocok dengan selera anak muda seperti Arga.
“Kalau punya motor ini, hidup gue bisa lebih mudah,” gumamnya.
Malam itu, Arga mulai menghitung-hitung. Tabungannya dari hasil kerja freelance desain grafis sudah mencapai Rp2 juta. Ia mencoba menyusun skema cicilan, mencari-cari simulasi kredit, dan mulai bertanya ke teman-temannya.
Esok harinya, ia memberanikan diri masuk ke dealer tersebut. Disambut oleh seorang sales ramah bernama Pak Dimas, Arga langsung mengungkapkan keinginannya.
“Saya mahasiswa, Pak. Kerja sambilan juga. Bisa nggak saya kredit BeAT?”
Pak Dimas tersenyum. “Bisa, Mas. Banyak kok anak kuliahan yang ambil Honda BeAT. Ringan cicilannya. Coba kita simulasikan, ya.”
Setelah melalui perhitungan, akhirnya Arga mendapatkan opsi: Honda BeAT CBS ISS, tenor 3 tahun, dengan uang muka Rp1,5 juta. Angsurannya Rp670 ribuan per bulan — masih masuk akal dalam penghasilan Arga.
Beberapa hari kemudian, setelah mendapat persetujuan dari orang tua dan menandatangani berkas, Honda BeAT resmi menjadi miliknya.
Hari itu menjadi titik balik hidup Arga. Ia menyebutnya sebagai “hari merdeka”.
Hari-hari Arga berubah drastis. Waktu tempuh ke kampus hanya tinggal 30 menit. Tak perlu lagi menunggu angkot atau berjalan kaki jauh. Ia bisa mengatur waktunya lebih fleksibel.
Tapi yang lebih mengejutkan adalah betapa iritnya BeAT. Dengan teknologi eSP (enhanced Smart Power) dan PGM-FI, konsumsi BBM-nya luar biasa hemat. Arga pernah mencatat 63 km/liter. Satu liter bisa dipakai dua hari!
Tak hanya itu, fitur-fitur modern membuat BeAT jauh dari kesan motor murah. Ada Idling Stop System (ISS), panel digital yang informatif, dan kunci dengan pengaman magnet. Selain itu, desainnya ramping membuat motor ini sangat lincah di jalanan Bandung yang padat.
“BeAT ini kecil-kecil cabe rawit. Lincah, hemat, dan nggak pernah rewel,” ujar Arga kepada teman-temannya.
Motor Honda BeAT tidak hanya menemani Arga ke kampus. Ia juga menjadi kendaraan utama untuk aktivitas kerja freelance: dari foto produk ke toko kecil di Sukajadi, wawancara dengan klien di Dago, hingga antar dokumen ke daerah Antapani.
Suatu waktu, Arga harus mengantar hasil cetak desain ke klien tepat waktu. Jalanan macet total karena ada acara CFD (Car Free Day). Tapi berkat bodi ramping dan mesin BeAT yang gesit, ia berhasil menembus jalanan sempit, dan mengantarkan proyek tepat waktu.
“Kalau bukan karena BeAT, saya telat dan bisa kehilangan klien tetap,” kenangnya.
Setelah beberapa bulan memiliki BeAT, Arga diajak teman-temannya touring kecil ke daerah Ciwidey. Ini adalah kali pertama Arga naik motor ke pegunungan.
Rute menanjak, tikungan tajam, dan jalan yang tidak selalu mulus, menjadi ujian pertama bagi BeAT-nya. Tapi motor matic mungil itu tak menyerah. Mesin tetap adem, suspensi nyaman, dan rem cakram depannya cukup responsif di turunan curam.
Di puncak Bukit Jamur, Arga berdiri menatap alam dan berkata:
“BeAT ini bukan cuma motor. Ini kendaraan petualangan gue. Dan dia lulus ujian pertamanya.”
Sejak saat itu, Arga dan BeAT menjadi pasangan yang tak terpisahkan di setiap petualangan baru.
Saat bergabung dengan komunitas relawan literasi keliling, Arga bertemu Sari, seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia yang juga suka naik motor. Mereka mulai sering pergi bersama ke desa-desa, membawa buku dan membacakan cerita untuk anak-anak.
Dalam banyak kesempatan, BeAT menjadi kendaraan mereka. Sari selalu duduk di belakang dengan senyum tenang.
“Beat kamu nyaman banget, Ga. Joknya empuk, getarannya minim. Nggak capek bonceng lama-lama,” ujar Sari di suatu perjalanan ke daerah Cilengkrang.
Hari demi hari, kedekatan mereka tumbuh. Hingga akhirnya BeAT menjadi saksi momen romantis Arga melamar Sari — sederhana tapi berkesan, dilakukan di atas jok motor sambil menatap senja.
Satu hal yang tidak pernah dilupakan Arga adalah servis rutin. Ia paham, motor sebagus apapun tetap butuh perawatan. Setiap 2.000 km, ia mengganti oli. Setiap 4.000 km, ia cek kampas rem dan kondisi CVT. Ia juga rutin servis di AHASS resmi Honda.
“Nggak mahal kok. Servis rutin biar motor awet. Beat gue sekarang udah 45.000 km, masih prima!”
Bahkan teknisi AHASS pernah berkata, “Ini Beat rawatannya cakep, Mas. Jarang ada anak muda serajin ini.”
Dalam dunia motor matic, Honda BeAT adalah raja. Bukan cuma karena irit dan tangguh, tapi juga karena nilai jualnya tinggi. Sampai hari ini, Honda BeAT masih menjadi motor matic paling laris di Indonesia.
Bandingkan dengan matic lain, BeAT punya banyak keunggulan:
Tak heran jika setiap dealer Honda selalu menyediakan stok BeAT dalam jumlah besar. Bahkan banyak konsumen harus inden saat warna favorit mereka habis.
Untuk kamu yang ingin tahu harga resminya, bisa langsung cek halaman berikut:
👉 Harga Honda BeAT Bandung 2025
Empat tahun berlalu. Arga kini bukan lagi mahasiswa. Ia bekerja sebagai content creator dan digital marketing freelance. Pendapatannya cukup stabil. Tapi satu hal yang belum berubah — Honda BeAT-nya masih setia menemaninya.
Motor itu membawanya ke berbagai klien, mengantar proposal, bahkan kini jadi armada utama bisnis kecil Sari yang membuka toko kue rumahan.
“Beat ini udah seperti bagian dari keluarga,” ucap Arga suatu sore saat memandangi motornya yang tetap mengkilap meski sudah hampir 5 tahun.
Cerita Arga mungkin terdengar sederhana. Tapi di balik itu, ada pesan kuat bahwa keberhasilan tidak butuh alat yang mewah, tapi cukup alat yang tepat dan semangat yang kuat.
Honda BeAT bukan motor sport mahal, bukan skuter bongsor dengan fitur mewah. Tapi ia tangguh, irit, mudah dirawat, dan cocok untuk siapa saja — mulai dari pelajar, mahasiswa, ojek online, hingga ibu rumah tangga.
BeAT adalah motor sejuta umat yang benar-benar bisa diandalkan.
Kini, setiap kali Arga melihat Honda BeAT di jalanan, ia tersenyum. Bukan karena motornya keren, tapi karena tahu — di balik setiap BeAT yang melaju, pasti ada cerita perjuangan. Ada mahasiswa yang ingin lulus, ibu yang mengantar anak sekolah, atau anak muda yang sedang mengejar mimpi.
Arga telah menulis kisahnya bersama Honda BeAT. Kini giliran kamu.
Kamu bisa memulainya sekarang juga. Kunjungi halaman ini untuk melihat harga dan pilihan kredit:
👉 https://motorhondabandung.id/model/harga-beat/
Panduan Lengkap Service Motor Rutin Agar Mesin Awet dan Irit BBM Motor adalah salah satu kendaraan paling populer di Indonesia. Dengan mobilitas tinggi dan efisiensi bahan bakar, motor menjadi pilihan utama masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Namun, agar motor selalu... selengkapnya
Strategi Marketing Sales Motor Honda: Panduan Lengkap Meningkatkan Penjualan di Era Digital Honda merupakan salah satu merek sepeda motor terlaris di Indonesia. Namun, tingginya persaingan antar dealer dan perubahan perilaku konsumen menuntut para sales motor Honda untuk menerapkan strategi marketing... selengkapnya
Gaya Baruku Bersama Honda Stylo 160 Awal Ketertarikan pada Si Stylo Namaku Dira, seorang barista yang bekerja di sebuah coffee shop kecil tapi hits di daerah Riau, Bandung. Hidupku cukup sederhana. Aku suka gaya hidup minimalis, tapi tetap ingin terlihat... selengkapnya
Belum ada komentar