Semua berawal dari satu panggilan telepon. “Nak, minggu depan panen padi. Kalau sempat, pulang ya,” suara ibu di ujung sana begitu hangat. Aku, yang sudah tiga tahun tinggal dan bekerja di Bandung, langsung diam beberapa detik. Rindu itu menelusup tiba-tiba.
Pulang ke kampung halaman di Majalengka bukan perkara susah. Tapi aku ingin perjalanan kali ini berbeda. Aku ingin menikmati setiap detik perjalanannya. Maka kupilih motor—lebih tepatnya, Honda PCX 160 kesayanganku—untuk menempuh rute 140 km yang akan membawaku kembali ke jejak masa kecil.
Sebelum berangkat, aku servis ringan motor ke AHASS terdekat. Oli diganti, rem dicek, dan ban dikencangkan. Aku juga sempat mengintip kembali halaman Honda PCX 160 di situs dealer tempat aku membelinya dulu. Tak kusangka, kini tampilannya makin elegan dan fitur-fiturnya lebih lengkap.
Dengan bagasi luas, posisi duduk nyaman, dan mesin 160cc yang responsif, aku tahu perjalanan ini akan jadi menyenangkan. Dan benar saja, saat meluncur di jalan tol Soreang-Pasirkoja (jalur alternatif motor), aku bisa menikmati kecepatan stabil tanpa merasa pegal.
Di daerah Nagreg, aku berhenti untuk sarapan. Warung kecil di pinggir jalan menyajikan bubur ayam hangat. Di parkiran, kulihat seorang ibu muda turun dari Honda Beat. Motor kecil itu tampak bersih dan ramping.
Kami sempat berbincang, dan dia bilang Beat sangat irit, cocok untuk harian ke pasar atau antar jemput anak. Aku tersenyum sambil berkata, “Kebetulan aku juga pernah pakai Beat dulu pas kuliah. Sekarang masih motor favorit banyak orang.”
Kalau kamu penasaran kenapa motor ini banyak dipakai, bisa lihat di sini:
👉 https://motorhondabandung.id/model/harga-beat/
Semua info harga, spesifikasi, sampai simulasi kreditnya lengkap.
Begitu memasuki Kabupaten Sumedang, suasana berubah. Rumah-rumah sederhana berjejer, sawah menghijau, dan udara bersih terasa masuk ke paru-paruku. Honda PCX tetap melaju mulus di jalanan beton dan tanjakan kampung yang berliku.
Kupasang lagu lawas dari speaker helm, membuat perjalanan ini seperti adegan film. Aku melewati jembatan bambu, anak-anak kecil main layangan, dan beberapa petani membawa cangkul di bahu mereka. Ini bukan hanya perjalanan pulang, tapi ziarah kecil ke dalam diriku sendiri.
Sore hari aku tiba di rumah nenek. Aroma khas tanah basah menyambutku. Nenek sudah menunggu di teras, matanya berkaca-kaca. “Motor kamu bagus, Nak,” katanya sambil memandangi PCX-ku.
Aku menjelaskan sedikit tentang motor itu. Dan lucunya, sepupuku malah minta diajari naik motor karena sedang ingin belajar. “Kalau buat belajar, pakai Scoopy enak,” kataku.
Dia langsung buka ponselnya, dan aku arahkan ke halaman Honda Scoopy.
Scoopy memang cocok untuk anak muda. Gayanya modern, ringan, dan pas untuk anak kuliah atau pelajar. Di kampung, motor ini sudah mulai banyak juga, karena desainnya unik dan nyaman buat cewek.
Keesokan harinya, kami semua turun ke sawah. Aku ikut memotong padi, bercanda dengan para petani, dan membantu mengangkat karung ke pinggir jalan. Tubuhku pegal, tapi hati terasa penuh. Aku sadar betapa berartinya kembali ke akar.
Motor-motor milik para petani terparkir berjajar. Kebanyakan adalah motor Honda bebek dan matic karena awet dan irit. Bahkan ada Honda Astrea jadul yang masih hidup dan dipakai harian. Salut!
Saat istirahat, aku sempat cerita ke mereka soal dealer Honda di Bandung tempat aku beli PCX, dan beberapa dari mereka antusias ingin mengganti motor lamanya. Aku langsung sarankan buka halaman pricelist motor Honda karena di sana bisa pilih sesuai kebutuhan—baik cash maupun kredit.
Setelah dua malam di desa, aku bersiap pulang ke Bandung. Jalanan pagi begitu sejuk. Aku melewati jalan kecil yang dulu sering kulewati jalan kaki saat SD. Banyak hal sudah berubah, tapi kehangatan kampung tak pernah pudar.
Di sepanjang perjalanan pulang, aku sadar bahwa motor bukan hanya soal kendaraan. Motor adalah penghubung antara tempat dan kenangan. Dengan motor, kita tidak hanya bergerak, tapi menyerap, melihat, dan merasa.
Honda PCX membawaku pulang, bukan hanya secara fisik, tapi secara batin. Setiap tikungan, setiap jalan berbatu, semuanya menyadarkanku betapa pentingnya sesekali melambat, kembali ke asal, dan bersyukur.
Setiap orang punya cerita. Ada yang butuh motor untuk kuliah, ada yang untuk kerja ojol, ada yang ingin touring ke pantai, ada pula yang cuma ingin kendaraan irit buat antar anak sekolah.
Apapun ceritamu, motor Honda punya pilihan yang sesuai. Coba lihat:
Kita semua punya kampung halaman—entah tempat fisik, atau sekadar perasaan damai yang ingin kita tuju. Mungkin kamu belum punya waktu untuk perjalanan seperti ini. Tapi ketika saatnya tiba, pastikan kamu punya kendaraan yang bisa diandalkan.
Honda bukan cuma soal mesin, tapi soal kepercayaan. Dan dalam setiap perjalanan, kepercayaan itu tak ternilai harganya.
Panduan Servis Motor Honda Beat agar Awet & Irit Motor matic paling laris di Indonesia, Honda Beat, terkenal dengan konsumsi BBM yang super irit dan desain yang kompak. Tapi untuk menjaga performanya tetap optimal, pemilik motor wajib tahu cara servis... selengkapnya
Perbandingan Motor Honda Terlaris 2025: Beat, Vario, dan Scoopy – Mana yang Paling Cocok untuk Anda? Honda dikenal sebagai raja motor matic di Indonesia. Tiga model terpopulernya—Honda Beat, Honda Vario, dan Honda Scoopy—selalu mendominasi penjualan setiap tahun, termasuk di tahun... selengkapnya
Panduan Membeli Motor Honda Baru untuk Pemula Lengkap dengan Tips Kredit Membeli motor Honda baru adalah langkah besar bagi banyak orang, khususnya bagi pemula yang baru pertama kali ingin memiliki kendaraan sendiri. Honda sebagai merek sepeda motor ternama di Indonesia... selengkapnya
Belum ada komentar