Setiap orang pasti punya cerita dengan kendaraan pertamanya. Bagi saya, cerita itu dimulai saat saya membeli sebuah motor matic mungil yang lincah dan irit: Honda BeAT. Bukan sekadar alat transportasi, motor ini menjadi bagian penting dari perjalanan hidup saya—dari awal merantau, mengejar impian, hingga menjelajah pelosok negeri bersama teman-teman. Di balik bentuknya yang kompak dan desainnya yang stylish, Honda BeAT menyimpan sejuta kenangan yang sulit dilupakan.
Waktu itu saya baru saja lulus dari SMK di kampung halaman di Sumedang. Saya diterima bekerja di Bandung, di sebuah perusahaan percetakan. Gaji pertama yang saya kumpulkan selama beberapa bulan saya sisihkan untuk membeli kendaraan pribadi agar bisa lebih mudah mobilitas. Pilihan saya jatuh pada Honda BeAT.
Kenapa BeAT? Karena dari kecil saya suka motor yang ramping dan gesit. Di kota seperti Bandung yang penuh dengan jalan sempit dan kemacetan, motor matic kecil adalah pilihan logis. Setelah mencari tahu harga, spesifikasi, hingga test ride di dealer, saya akhirnya membeli Honda BeAT CBS ISS dengan skema kredit ringan. Bukan hanya terjangkau, motor ini juga terkenal irit bahan bakar.
Begitu motor itu sampai di rumah kos saya di daerah Antapani, rasanya seperti mimpi jadi kenyataan. Aroma plastik dan cat baru masih menempel. Warna merah doff-nya mencolok dan desain lampunya yang tajam membuat motor ini terlihat sporty. Saya bahkan memberi nama untuk motor ini: “Si Merah”.
Setiap hari, saya dan Si Merah melewati jalanan kota Bandung. Dari kos ke kantor, dari kantor ke warung makan, hingga ke tempat nongkrong di Dago. Konsumsi bensin? Sangat irit. Dengan hanya Rp 20.000, saya bisa pakai motor ini lebih dari tiga hari, bahkan pernah seminggu kalau jarak tempuh tidak terlalu jauh.
Suspensi belakangnya empuk dan handling-nya ringan, membuat saya nyaman menembus kemacetan di kawasan Pasir Kaliki. Teknologi eSP dan Idling Stop System yang dimiliki Honda BeAT membantu menghemat bahan bakar saat berhenti di lampu merah. Mesin 110cc-nya memang bukan untuk balapan, tapi cukup responsif untuk mendahului kendaraan lain di jalanan.
Saya masih ingat betul, saat itu musim hujan. Saya terjebak di tengah banjir kecil di Jalan Supratman. Banyak motor mogok, tapi Si Merah tetap menyala dan saya bisa menerobos genangan tanpa kendala. Ground clearance yang cukup tinggi membantu motor ini bertahan. Momen itu semakin membuat saya yakin, BeAT bukan cuma gaya, tapi juga tangguh.
Suatu akhir pekan, saya dan tiga teman kantor spontan merencanakan touring ke Pantai Pangandaran. Jaraknya lumayan, sekitar 210 km dari Bandung. Saya sempat ragu, apakah Honda BeAT kuat diajak perjalanan jauh? Tapi setelah dicek semuanya—ban, oli, rem—saya mantap berangkat.
Kami berangkat pukul 5 pagi. Udara pagi yang dingin dan pemandangan pegunungan membuat perjalanan terasa menyenangkan. Saat melintasi Nagreg dan terus ke Tasikmalaya, motor ini tetap stabil di jalan menurun maupun tanjakan. Tenaga tetap terasa, bahkan saat boncengan.
Yang paling saya sukai adalah bagasi luas di bawah jok, cukup untuk menyimpan jas hujan, air minum, dan alat servis kecil. Tidak perlu tas tambahan. Setelah menempuh perjalanan lebih dari 6 jam, kami tiba di Pangandaran. Dan saya takjub, karena BeAT saya tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan: mesin tetap halus, konsumsi bensin terjaga, dan rem cakram depan sangat membantu di jalan turunan.
Di pinggir pantai saat matahari terbenam, kami duduk menikmati pemandangan. Dan saya melihat Si Merah, terparkir megah di pasir, seperti teman setia yang tak pernah mengeluh.
Ada satu kejadian yang membuat saya semakin bersyukur punya motor ini. Suatu malam, sekitar pukul 11 malam, adik saya yang kuliah di Jatinangor menelepon. Dia demam tinggi dan teman-temannya panik. Tanpa pikir panjang, saya langsung melesat dari Bandung ke Jatinangor.
Walau malam dan jalanan gelap, lampu LED Honda BeAT sangat membantu menerangi jalan. Motor ini lincah diajak ngebut di jalanan sepi. Suspensinya meredam jalan berlubang di daerah Cileunyi dengan baik. Saya tiba hanya dalam waktu satu jam. Untungnya, adik saya hanya kelelahan dan masuk angin. Tapi saya tak bisa bayangkan bagaimana jika saya tak punya kendaraan yang bisa diandalkan seperti ini.
Seiring waktu, saya makin mengapresiasi fitur-fitur BeAT. Seperti Secure Key Shutter yang memberikan rasa aman saat parkir di tempat umum, dan standar samping otomatis yang mematikan mesin jika lupa menaikkan standar—fitur kecil yang bisa mencegah kecelakaan.
Desain tempat duduknya ergonomis dan cukup untuk boncengan, cocok untuk mengantar ibu belanja ke pasar saat pulang kampung. BeAT juga punya speedometer digital dengan indikator ECO, membantu saya berkendara lebih hemat dan ramah lingkungan.
Motor ini juga mudah dirawat. Biaya servis ringan, suku cadang tersedia di mana-mana, dan mekanik bengkel resmi Honda sangat familiar dengan mesinnya. Saya bahkan bisa melakukan pengecekan mandiri di rumah untuk hal-hal sederhana.
Si Merah menjadi penyelamat. Saya bisa tetap ke kantor saat giliran masuk kerja, mengantar makanan ke orang tua, bahkan sesekali menjadi driver ojek online sambilan demi menambah penghasilan. Di masa sulit itu, motor ini jadi bagian penting dalam bertahan hidup.
Tak disangka, Honda BeAT juga menjadi saksi kisah cinta saya. Saya bertemu dengan calon istri saya saat sama-sama mengisi bensin di SPBU Dago. Karena sama-sama naik BeAT, kami jadi ngobrol. Dari obrolan ringan itu, kami jadi sering touring bareng. Dia pun punya BeAT warna putih. Dua BeAT yang menyatukan dua hati.
Kami sempat touring ke Ciwidey, ke Ranca Upas, hingga ke Kawah Putih. Setiap perjalanan punya kisah. Dan selalu, BeAT menjadi kendaraan utama yang mengantar kami.
Sekarang, saya sudah punya anak satu. Tapi BeAT masih setia di garasi rumah. Walau saya punya mobil, saya tetap memakai Si Merah untuk perjalanan harian, antar anak sekolah, dan belanja ke pasar. Kadang saya pikir, motor ini seperti bagian dari keluarga.
Saya percaya, Honda BeAT bukan sekadar motor. Ia adalah sahabat perjalanan, teman di saat senang maupun susah. Dari awal merantau sampai membangun keluarga, BeAT selalu hadir sebagai bagian dari cerita hidup saya.
Dari pengalaman pribadi yang saya ceritakan, inilah alasan kenapa Honda BeAT layak jadi pilihan terbaik:
Jadi, jika kamu sedang mencari motor matic pertama yang irit, tangguh, dan bisa diandalkan, Honda BeAT adalah jawabannya. Karena seperti saya, kamu pun bisa memulai kisah petualanganmu sendiri bersama motor ini. Siapa tahu, cerita indahmu dimulai dari BeAT?
Ingin punya kisah seperti saya? Cek daftar harga dan promo Honda BeAT terbaru di Bandung hanya di https://motorhondabandung.id/model/harga-beat/.
Yuk, mulai perjalananmu bersama Honda BeAT sekarang juga!
Jika anda punya cerita menarik seperti ini. Kirim pengalaman anda ke alamat email: marketing@motorhondabandung.id
Perbandingan Honda Vario 160 vs PCX 160 Tahun 2025: Mana Pilihan Terbaik untuk Harian dan Touring? Jika Anda sedang mencari motor matic dengan performa tinggi dan desain modern, dua pilihan teratas dari Honda yang patut dipertimbangkan adalah Honda Vario 160... selengkapnya
Panduan Lolos Kredit Motor Honda: Tips Lengkap Agar Pengajuan Disetujui Membeli motor Honda secara kredit menjadi pilihan favorit masyarakat Indonesia, terutama karena prosesnya yang cepat, mudah, dan terjangkau. Namun, tidak sedikit orang yang mengalami penolakan saat mengajukan kredit motor karena... selengkapnya
Motor Honda Scoopy dikenal sebagai salah satu skuter matik bergaya retro modern yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Desainnya yang ikonik, fitur-fitur canggih, serta efisiensi bahan bakarnya membuat Scoopy menjadi pilihan utama untuk mobilitas harian di kota-kota... selengkapnya
Belum ada komentar